fildzah raudina sabilah
prinncess schmieder
risma vega
nurul hikmah
A. Identitas Jurnal
Ø
Judul: “Stress Kerja
Ditinjau dari Konflik Peran Ganda dan Dukungan Sosial pada Perawat”
Ø
Penulis: Ummu Hany
Almasitoh
Ø Departemen Penulis :
Universitas Widya Dharma Klaten, Fakultas Psikologi
Universitas Widya Dharma Klaten, Fakultas Psikologi
Ø
Penerbit: Psikoislamika,
Jurnal Psikoogi Islam (JPI) 2011. Lembaga Penelitian Pengembangan dan Keislaman
(LP3K). Vol 8. No. 1 2011
Ø
Jenis penelitian: Study
Kasus
Ø
Tujuan Penelitian:
mengetahui apakah konflik peran ganda dan dukungan sosial mempengaruhi stress
kerja pada perawat.
Ø
Metodologi:
Teknik Penelitian : Non random sampel secara purposive, wawancara semi terstruktur, angket dan skala.
Teknik Penelitian : Non random sampel secara purposive, wawancara semi terstruktur, angket dan skala.
B. Ringkasasan jurnal
Ellis dan
Harley (2011) mendefinisikan perawat adalah orang yang merawat dan menjaga
orang yang membutuhkan karena sakit. Berdasarkan wawancara dengan dua orang
perawat salah satu rumah sakit swasta di Yogyakarta tugas tugas pokok perawat
pelaksanaan bagian rawat inap antara lain, yaitu yaitu melaksanakan pengkajian
perawatan, melaksanakan analisis data untuk merumuskan diagnosis keperawatan,
merencanakann dan melaksanakan evaluasi keperawatan sederhana pada individu,
melaksanakan pendokumentasian askep, melaksanakan sistem kerja yang terbagi
atas tiga waktu yaitu pukul 06.30-13.30, pukul 13.30-20.30 dan pukul
20.30-06.30, melaksanakan tugas siaga on call di rumah sakit, memelihara
peralatan keperawatan dan medis agar selalu dalam keadaaan siap pakai,
melakukan pre serta post conference dan serah terima pasien pada saat
pergantian dinas, mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh kepala ruang,
dan melakukan droping pasien. Tugas-tugas yang begitu banyak serta monoton
menjadi stresor bagi perawat, terkadang perawat juga harus berhadapan dengan
sikap pasien yang emosional.
Selain
permasalahan yang dihadapi, permasalahan yang menimbulkan stress kerja perawat
adalah keterbatasan SDM dan peran sebagai wanita bekerja untuk memenuhi
kebutuhan keluarga dan sebagai ibu rumah tangga yang sama-sama membutuhkan
waktu, tenaga, dan perhatian. Stress kerja merupakan beban kerja yang
berlebihan, perasaan susah dan ketegangan emosional yang menghambat performance
individu (robbins, 2004). Dalam kenyataannya, kebanyakan perawat di Indonesia
adalah wanita. Peran ganda yang diemban oleh wanita ini sangat riskan dengan
konflik keluarga-pekerjaan. Apalagi pada wanita yang bekerja, karena konflik
yang dihadapi dapat menyebabkan seseorang tidak dapat berfungsi secara normal
dan menjadi tidak seimbang (Mansfield,Koch,Henderson,Vicary,Cohen &
Young,1991).
Kerangka kerja teoritik
Stres kerja
Evan dan
Johnson (2000) menyebutkan bahwa stress Kerja merupakan satu factor yang
menentukan naik turunnya kinerja karyawan. Pemicu stress kerja tersebut berasal
dari interaksi seseorang dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya yang tidak
nyaman (Luthans, 1998). Ada tiga factor penyebab stress kerja, yaitu:
1.
Factor lingkungan,
yaitu keadaan secara global. Lingkungan yang dapat menyebabkan stress ialah
ketidakpastian lingkungan, seperti ketidakpastian situasi ekonomi,
ketidakpastian politik, dan perubahan teknologi. Kondisi organisasi ini akan
mempengaruhi individu yang terlibat didalamnya (Sheridan & Radmacher,
1992).
2.
Factor organisasional,
yaitu kondisi organisasi yang langsung mempengaruhi kinerja individu.
Kondisi-kondisi tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:
a)
Karakteristik intrinsik
dalam pekerjaan, yaitu setiap pekerjaan memiliki kondisi yang berkaitan dengan
pekerjaan.
b)
Karakteristik peran
individu. Pekerjaan atau jabatan yang disandang individu memunculkan peran.
c)
Karakteristik
lingkungan sosial. Komposisi personalia dalam organisasi akan membentuk pola
hubungan interpersonal.
d)
Iklim organisasi, yaitu
karakteristik khas yang bersifat relative tetap dari lingkungan suatu
organisasi yang membedakannya dengan organisasi lainnya.
e)
Karakteristik fisik
lingkungan kerja. Kondisi fisik lingkungan suatu pekerjaan memiliki pengaruh
penting pada kinerja dan kepuasan kerja (Gifford, 1987).
3.
Factor individual,
terdapat dalam kehidupan pribadi individu diluar pekerjaan, seperti masalah
keluarga dan ekonomi (Sheridan & Radmacher 1992).
Aspek – aspek
stress kerja
Menurut Schultz dan Schultz (1994) dan Robbins (2004), aspek
– aspek stress kerja meliputi, pertama,
deviasi fisiologis, hal ini dapat dilihat pada orang Yang terkena stress antara
lain adalah sakit kepala,pusing,pening,tidak tidur teratur,susah tidur. Kedua adalah deviasi psikologis yang
mencakup sedih,depresi,mudah marah,hati merana gelisah,cemas. Ketiga adalah deviasi perilaku yang
mencakup kehilangan kepercayaan kepada orang lain, mudah mempersalahkan orang
lain, mudah membatalkan janji atau tidak memenuhi janji.
Jenis-jenis stress kerja
Quick
dan Quick (1984) mengkategorikan jenis stres menjadidua, yaitu: (1) Eustress,
adalah akibat positif yang ditimbulkan olehstres yang berupa timbulnya rasa
gembira, perasaan bangga, menerimasebagai tantangan, merasa cakap dan mampu,
meningkatnyamotivasi untuk berprestasi, semangat kerja tinggi, produktivitas tinggi, timbul harapan untuk dapat memenuhi
tuntutan pekerjaan, serta meningkatnya
kreativitas dalam situasi kompetitif. (2) Distress, adalah akibat negatif yang merugikan dari
stres, misalnya perasaan bosan,
frustrasi, kecewa, kelelahan fisik, gangguan tidur, mudah marah, sering melakukan kesalahan dalam
pekerjaan, timbul sikap keragu-raguan,
menurunnya motivasi, meningkatnya absensi, serta timbulnya sikap apatis.
Konflik
Peran Ganda
Menurut Kahn (dalam Duxbury & Higgins, 1991) adalah bentuk
dari inter-role-conflict dimana tekanan peran dari pekerjaan dan lingkungan
keluarga satu sama lain saling bertentangan. Parasuraman, Greenhauss, dan
Granrose (1992) dan Voydanoff (1995), mengemukakan bahwa konflik peran ganda
dapat terjadi dalam 3 jenis, yang pertama adalah konflik yang disebabkan waktu
(time based conflict), kedua adalah konflik yang disebabkan oleh ketegangan
(strain based conflict) dan yang ketiga, adalah konflik yang disebabkan oleh
perilaku (behavior based conflict). Ada beberapa hal yang menyebabkan
terjadinya konflik peran ganda, yaitu pengasuhan anak dan bantuan pekerjaan
rumah tangga, komunikasi dan interaksi dengan keluarga.
Dukungan
Sosial
Menurut Cohen dan Syme (1985),
terdapat empar aspek dukungan sosial, yaitu:
1) Dukungan
emosional
2)
Dukungan informative
3)
Dukungan instrumental
4) Penilaian
positif
Johnson dan Johnson (2000)
mengungakapkan bahwa dukungan sosial secara umum akan meningkatkan:
1) Produktifitas
2)
Kesejahteraan psikologi
3)
Kesehatan fisik
4)
Managemen stress yang produktif melalui
perhatian, informasi, dan umpan balik.
C. Analisis
Luthans mendefinisikan stres
sebagai suatu tanggapan dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh
perbedaan individu dan proses psikologis, sebagai konsekuensi dari
tindakan lingkungan, situasi atau peristiwa yang terlalu banyak mengadakan
tuntutan psikologis dan fisik seseorang. Pada kasus perawat tersebut mengalami
2 peran yang berbeda dalam satu pekerjaan yaitu peran sebagai ibu rumah tangga
sekaligus sebagai perawat yang harus memperhatikan keadaan pasien. Hal itu
menyebabkan perawat mengalami tuntutan psikologis dan fisik.
Dalam kasus yang ditunjukan diatas
para perawat mengalami gangguan distress yang mengakibatkan perasaan bosan dan kelelahan fisik (Quick and Quick) akibat
harus membagi tugas antara perhatian kepada pasien dan perhatian pada keluarga.
Namun disisi lain mereka juga mengalami Eustress yang menyebabkan para perawat menjadi lebih
bersemangat dalam menjalani pekerjaan karena adanya dukungan keluarga (dukungan
sosial). Menurut Terry Beehr dan John Newman menyimpulkan
tiga gejala dari stress pada individu, yaitu:
1)
Gejala psikologis :
a. Komunikasi yang tidak
efektif
b.
Kebosanan dan ketidakpuasan kerja
c.
Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan konsentrasi
2) Gejala
fisiologis :
a. Meningkatnya sekresi dari
hormon stres (contoh: adrenalin dan noradrenalin)
b.
Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahanyang kronis (chronic fatigue syndrome)
3)
Gejala perilaku
a. Menurunnya prestasi
(performance) dan produktivitas
b. Menurunnya kualitas
hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman